Saat terakhir berjabat tangan
Genggaman itu didekatkan di dada kanan
Tak ada kata yang terucap
Tapi aku mendengar
Tak ada yang dia lakukan
Tapi aku rasakan
Ada getaran menyakitkan
Yang mengalirkan doa disetiap degupannya
Yang menyerukan namaku dihelaan nafasnya
Begitu hebat dia mencintaiku
Begitu kuat ia menjagaku
Begitu lekat ia dalam ingatanku
Begitu dekat ia dalam setiap hariku
Begitu nyata doanya untukku
Aku tak berperasaan
Aku tumpah bersama jeritan tangis yang tak kuasa ku tahan
Dia raih kembali tanganku
Dan katakan….
Demi kebahagiaan mu, aku ikhlas
Jangan khawatir akan ada doa untukmu disetiap selesai sholatku
Dia sholeh
Aku salah
Saat ini ada doa untukmu
Terima kasih untuk doa untuk ku, akupun berdo untukmu
Untuk kemulyaanmu, dan kesempurnaanmu mencintaiku
Semoga semakin banyak orang mencintaimu
Amin…
Minggu, 01 Februari 2009
DILUAR BATAS
Agenda ini adalah saksi
Ratap tangis duka bahagia
Selama kulayari sebuah misteri
Ada banyak cerita
Biarlah jadi dokumentasi saja
Tentang mimpi
Mimpi yang sempat melayangkanku ke dunia mayapada
Entah dimana
Aku dan siapapun tak pernah tahu
Dunia itu tak pernah ada
Tak pernah tercipta
Atau juga tak pernah terlintas di mimpi siapapun
Dunia itu diluar batas harapan
Diluar batas kewajaran
Diluar batas….
Ratap tangis duka bahagia
Selama kulayari sebuah misteri
Ada banyak cerita
Biarlah jadi dokumentasi saja
Tentang mimpi
Mimpi yang sempat melayangkanku ke dunia mayapada
Entah dimana
Aku dan siapapun tak pernah tahu
Dunia itu tak pernah ada
Tak pernah tercipta
Atau juga tak pernah terlintas di mimpi siapapun
Dunia itu diluar batas harapan
Diluar batas kewajaran
Diluar batas….
1 jam saja
Jika pernah aku mengisi 1 jam waktumu
Dari seharian dalam bayangnya
Maaf…
Aku menyitanya
Jika 1 detik saja kau pernah katakan sayang
Aku tahu itu adalah kekhilafan
Jangan hiraukan
Aku legowo mewajarkan
Dalam ketidaktahuan
Aku tetap berada dalam keseimbangan
Dari seharian dalam bayangnya
Maaf…
Aku menyitanya
Jika 1 detik saja kau pernah katakan sayang
Aku tahu itu adalah kekhilafan
Jangan hiraukan
Aku legowo mewajarkan
Dalam ketidaktahuan
Aku tetap berada dalam keseimbangan
4 u
Kisah lalu
Maju
Malu
Ragu
Mau
Melaju
Berlalu
Rindu
Tahu
Gagu
Bisu
Pilu
Tahu
Mau
Lalu
Maju
Tahu-tahu
Begitu
Layu
Bisu
Bisu
Bisu
Maju
Malu
Ragu
Mau
Melaju
Berlalu
Rindu
Tahu
Gagu
Bisu
Pilu
Tahu
Mau
Lalu
Maju
Tahu-tahu
Begitu
Layu
Bisu
Bisu
Bisu
pernah
Aku coba
Saat susuri rerumputan
Selangkah kedepan, kaki kanan
Dikiri ku berseru
Tapi nyaris tak dihiraukan
Atau terlalu egois tuk berhenti sejenak
Dengarkan…
Ku baca gerak bibirnya
Ku terka rontaan tangannya
Kupandangi penuh hati-hati
Semakin ku perhatikan
Gerak itu diam, rontaan itu kaku
Kami saling pandang
Bicara lewat tatapan mata
Rintihan, runtuhan, rubuhkan sukmaku yang hampir hilang.
Tak berperasaan
Aku mengerti
Aku balik badan
Mencari serpihan yang sempat ku lewatkan.
Jiwaku yang lebih paham tentang kewajaran dan kewajiban.
Selasa, 13 Januari 2009
Ada dua kekuatan besar yang menggerakan emosi,kesadaran, dan prilaku manusia.Yakni rasa cinta dan kesadaran akan kematian. Rasa cinta telah membuat hidup seseorang menjadi dinamis, antusia, dan penuh ambisi serta khayalan. Oleh karena cinta ilmu, seseorang selalu terdorong untuk belajar sesuai dengan bidang yang dicintainya. Oleh karena dorongan cinta, drama kehidupan berlangsung sangat dinamis dan penuh kejutan, sedangkan proses regenerasi tetap berlangsung sampai sekarang.
Pendeknya, dorongan cinta telah membuat manusia yang secara fisik amat kecil dibanding semesta ini, memiliki nafsu dan imajinasi untuk memiliki dan menguasai dunia seisinya. Dalam waktu yang sama, disaat manusia terpacu mengejar dunia karena dorongan cinta, manusia sangat sadar bahwa prestasi dunia yang diraihnya akan sirna dan lenyap ketika mati merenggutnya.
Jadi, duet cinta dan kematian sungguh merupakan pasangan yang paradoks. Yang satu mencipta dan yang lain menghancurkan. Cinta menimbulkan imajinasi untuk hidup seribu tahun, sedangkan kematian akan menyergap dan mengakhiri lakon hidup seseorang di sejarahnya. Ketika maut datang, tak ada yang bisa menolaknya. Seseorang itu bagaikan batu kerikil ditelan lautan tak bertepi, hilang entah kemana. Lalu, dimana dan untuk apa kekayaan yang selalu kita kejar-kejar?. Ketika sel syaraf otak tak lagi berfungsi, kemana larinya deposito informasi pengetahuan yang kita himpun sejak kecil dengan jerih payah menapaki jenjang sekolah dasar sampai perguruan tinggi ?. Padahal kita menelusuri dan memungut ilmu melalui baris demi baris lembaran buku.
Jangan sombong sobat....
Jangan bangga dengan atribut yang kau kenakan sekarang
Esok,lusa, atau setelah ini mungkinkah kau miliki lagi ?
Garis itu telah tegas. ada!
Apa yang kau punya ketika harus kembali?
Apa yang kau bawa ?
Kenaifanmu kah yang kau pamerkan itu...
Akan ada....
Suatu hari nanti, balasan yang adil bagi kita.
Menanam...menuai....sesuai
Pendeknya, dorongan cinta telah membuat manusia yang secara fisik amat kecil dibanding semesta ini, memiliki nafsu dan imajinasi untuk memiliki dan menguasai dunia seisinya. Dalam waktu yang sama, disaat manusia terpacu mengejar dunia karena dorongan cinta, manusia sangat sadar bahwa prestasi dunia yang diraihnya akan sirna dan lenyap ketika mati merenggutnya.
Jadi, duet cinta dan kematian sungguh merupakan pasangan yang paradoks. Yang satu mencipta dan yang lain menghancurkan. Cinta menimbulkan imajinasi untuk hidup seribu tahun, sedangkan kematian akan menyergap dan mengakhiri lakon hidup seseorang di sejarahnya. Ketika maut datang, tak ada yang bisa menolaknya. Seseorang itu bagaikan batu kerikil ditelan lautan tak bertepi, hilang entah kemana. Lalu, dimana dan untuk apa kekayaan yang selalu kita kejar-kejar?. Ketika sel syaraf otak tak lagi berfungsi, kemana larinya deposito informasi pengetahuan yang kita himpun sejak kecil dengan jerih payah menapaki jenjang sekolah dasar sampai perguruan tinggi ?. Padahal kita menelusuri dan memungut ilmu melalui baris demi baris lembaran buku.
Jangan sombong sobat....
Jangan bangga dengan atribut yang kau kenakan sekarang
Esok,lusa, atau setelah ini mungkinkah kau miliki lagi ?
Garis itu telah tegas. ada!
Apa yang kau punya ketika harus kembali?
Apa yang kau bawa ?
Kenaifanmu kah yang kau pamerkan itu...
Akan ada....
Suatu hari nanti, balasan yang adil bagi kita.
Menanam...menuai....sesuai
Langganan:
Postingan (Atom)