Minggu, 01 Februari 2009

Bisa C, C bias

C itu cinta
Itu cantik
Itu cakep
Itu ceroboh
Itu cemburu
Itu candi, sendiri.
Itu curiga,nyata.
Itu curi
Itu centil
Itu cium
Itu cemas
Itu cincin
Itu cenara
Itu cendana
Itu cempaka
Itu cerutu
Itu cemilan
Itu cerita
Itu cempedak
Itu ceramah
Itu champion
Itu cermat
Itu cerdas
Itu ceria
Itu candela
Itu comedi
Itu cuma
Itu culik
Itu cipta
Itu cita
Itu C
Itu cukup….sudahlah…campakan saja

bisa sama

Apa yang kuratapi sebenarnya
Tak ada
Tak penah ada sedikitpun
Aku hanya persimpangan jalan
Yang biasa dilewati orang
Berlalu begitu saja

Apa mereka tuli dengan rasa sakit yang kurasakan
Aku bukan pajangan yang disimpan di etalasi pertokoan
Aku bernyawa
Aku berperasaan

satu

Adakah 1saja
Dari seribu kata yang diucapkan
Itu untukku

Adakah 1 saja
Dari seribu cerita yang diceritakan
Itu untukku

Adakah 1 saja
Dari seribu lagu yang didendangkan
Itu untukku

Adakah 1 saja
Dari seribu pertanyaan yang diajukan
Itu untukku

Adakah 1 saja
Dari seribu jawaban yang diberikan
Itu untukku

Adakah 1 saja
Dari seribu pernyataan yang dinyatakan
Itu untukku

Adakah 1 saja
Dari seribu gambar yang dilukiskan
Itu untukku
Adakah 1 saja
Dari sekian kejujuran yang diajarkan
Itu untukku

Adakah 1 saja
Dari seribu kebaikan yang ditunjukkan
Itu untukku

Adakah 1 saja.
Kejujuran untukku

Adakah 1 saja pengertianmu untukku
Adakah 1 detik saja untuk berhenti pikirkan dirimu

Jikapun ada
Aku pastikan itu tak hadir dalam jiwamu
Wajar..
Karena aku tak pernah ada dimanapun kau berada.

entah...

Bingung memilih harap dan pasti
Menjawab ragu dan nafsu
Kehilangan rasa takut, apabila mimpi buruk
Penuh harapan menunggu kepastian
Nanti ketika berada diantara dua dimensi
Berlari tuk gapai 1000 janji
Sumpah serapah terpatri
Ingin teriak tuk minta sekedar obat luka hati
Memohon pada malaikat dan peri
Yang kecewa akan harapan yang tenggelam
Ke dasar samudera perasaan
Sudahlah…tak ada jawaban

Untuk Sahabat

Seperti kata yang pernah ku dengar, “ setinggi apapun kita adalah rendah dan serendah apapun kita adalah kecil. Manusia hanya bisa berencana tapi segalanya kembali pada kehendak yang kuasa”.
“ Maaf” terlalu sederhana untuk mewakili alangkah menyesalnya karena saat ini aku tidak bisa mewujudkan harapan orang-orang di sekelilingku. Tidak ada jawaban pasti bila ada yang bertanya “mengapa”?. Karena akupun tak mengerti.
Sudah aku sadari bahwa telah lama aku berada di persimpangan. Aku harus tentukan jalan mana yang akan ditempuh. Aku tidak ingin ada anggapan bahwa aku terlalu buta, hingga memilih hanya atas dasar nalar duniawi, tanpa mendengar nurani.
Kebahagiaan dan kesedihan, keuntungan dan kerugian terasa nikmat dengan sikap ridho. Kenanglah jalan hidup kita. Ambillah kearifan dari tiap episode yang dilalui. Setiap orang menginginkan kebahagiaan. Namun seringkali sebaliknya yahg didapatkan, sebab salah dalam memaknai kebahagiaan itu sendiri.
Maaf,mencari seribu satu alasan untuk memaklumi orang lain. Tapi ini adalah cara melatih diri agar berpasangka baik pada orang beriman dan waspada terhadap orang dzalim.
Bila ada sesuatu yang tidak diletakkan atas dasar nalar yang benar, maka tidak mungkin ada tangis di gedung mewah dan tawa di gubuk bambu, sebab hakikatnya hidup adalah keseimbangan.

Tentang Arti Hidup

Yang gagah dan tinggi, mengenakan mahkota kebesaran
Mereka namakan golongan bangsawan
Hidup adalah kekuasaan

Yang teriak lantang serukan aya-ayat Tuhan, mengusung panji-panji religi
Mereka namakan golongan sufi
Hidup adalah kesucian

Yang berjubah hitam, membawa palu,duduk disinggasana meja persidangan.
Katanya mereka golongan mengerti hukum dan HAM.
Hidup adalah keadila ???

Yang duduk di kursi parlemen,berjas dan berdasi.
Katanya penyampai aspirasi
Mereka namakan golongan eksekutif
Hidup adalah persidangan.

Yang berseragam loreng,berdiri tegak, muka garang
Mereka namakan golongan tentara pembela ketahanan
Hidup adalah ketegasan.

Dulu…yang membawa senjata dengan alasan kemerdekaan Mereka namakan golongan pejuang
Hidup adalah peperangan

Dan..
Yang duduk di warung kopi sambil melempar kartu remi. Mereka golongan pengangguran
Hidup adalah permainan.

Lalu…
Bagaimana dengan yang sedang berdiri di depan kelas, Memegang kapur tulis dihadapan anak-anak yang lugu…dekil..dan…akh.
Berseragam putih merah yang kucel dan kusam..sangat.
Apakah hidup sebuah dedikasi tinggi, demi masa depan anak negeri?

Terlalu mulia…

SEBUAH MAU

Ketika kebenaran berkata bohong
Ketika kebohongan berkata benar
Keadilan menjadi tuli
Dan nurani menjadi bisu
Ketika kita berbicara tersekat dinding beton
Saatnya kita mengulang sejarah
Maunya sich tidak !!!
Tapi kita baru bisa berbicara
Lewat asap bakaran mobol mewah
Lewat genangan darah mahasiswa
Lewat semua yang sebenarnya tidak kita suka
Apa hendak dikata
Karena hanya itu barangkali
Bahasa yang dapat dimengeri
Untuk sebuah mau.

Untuk doa untuk ku

Saat terakhir berjabat tangan
Genggaman itu didekatkan di dada kanan
Tak ada kata yang terucap
Tapi aku mendengar

Tak ada yang dia lakukan
Tapi aku rasakan
Ada getaran menyakitkan
Yang mengalirkan doa disetiap degupannya
Yang menyerukan namaku dihelaan nafasnya

Begitu hebat dia mencintaiku
Begitu kuat ia menjagaku
Begitu lekat ia dalam ingatanku
Begitu dekat ia dalam setiap hariku
Begitu nyata doanya untukku

Aku tak berperasaan
Aku tumpah bersama jeritan tangis yang tak kuasa ku tahan
Dia raih kembali tanganku
Dan katakan….
Demi kebahagiaan mu, aku ikhlas
Jangan khawatir akan ada doa untukmu disetiap selesai sholatku

Dia sholeh
Aku salah

Saat ini ada doa untukmu
Terima kasih untuk doa untuk ku, akupun berdo untukmu
Untuk kemulyaanmu, dan kesempurnaanmu mencintaiku
Semoga semakin banyak orang mencintaimu
Amin…

DILUAR BATAS

Agenda ini adalah saksi
Ratap tangis duka bahagia
Selama kulayari sebuah misteri
Ada banyak cerita
Biarlah jadi dokumentasi saja
Tentang mimpi
Mimpi yang sempat melayangkanku ke dunia mayapada
Entah dimana
Aku dan siapapun tak pernah tahu
Dunia itu tak pernah ada
Tak pernah tercipta
Atau juga tak pernah terlintas di mimpi siapapun
Dunia itu diluar batas harapan
Diluar batas kewajaran
Diluar batas….

1 jam saja

Jika pernah aku mengisi 1 jam waktumu
Dari seharian dalam bayangnya
Maaf…
Aku menyitanya
Jika 1 detik saja kau pernah katakan sayang
Aku tahu itu adalah kekhilafan

Jangan hiraukan
Aku legowo mewajarkan
Dalam ketidaktahuan
Aku tetap berada dalam keseimbangan

4 u

Kisah lalu


Maju
Malu
Ragu
Mau
Melaju
Berlalu
Rindu

Tahu
Gagu
Bisu
Pilu

Tahu
Mau
Lalu
Maju
Tahu-tahu
Begitu
Layu
Bisu
Bisu
Bisu

pernah

Aku coba

Saat susuri rerumputan

Selangkah kedepan, kaki kanan

Dikiri ku berseru

Tapi nyaris tak dihiraukan

Atau terlalu egois tuk berhenti sejenak

Dengarkan…

Ku baca gerak bibirnya

Ku terka rontaan tangannya

Kupandangi penuh hati-hati

Semakin ku perhatikan

Gerak itu diam, rontaan itu kaku

Kami saling pandang

Bicara lewat tatapan mata

Ada banyak linangan di kelopaknya

Rintihan, runtuhan, rubuhkan sukmaku yang hampir hilang.

Tak berperasaan

Aku mengerti

Aku balik badan

Mencari serpihan yang sempat ku lewatkan.

Jiwaku yang lebih paham tentang kewajaran dan kewajiban.

Selasa, 13 Januari 2009

Ada dua kekuatan besar yang menggerakan emosi,kesadaran, dan prilaku manusia.Yakni rasa cinta dan kesadaran akan kematian. Rasa cinta telah membuat hidup seseorang menjadi dinamis, antusia, dan penuh ambisi serta khayalan. Oleh karena cinta ilmu, seseorang selalu terdorong untuk belajar sesuai dengan bidang yang dicintainya. Oleh karena dorongan cinta, drama kehidupan berlangsung sangat dinamis dan penuh kejutan, sedangkan proses regenerasi tetap berlangsung sampai sekarang.
Pendeknya, dorongan cinta telah membuat manusia yang secara fisik amat kecil dibanding semesta ini, memiliki nafsu dan imajinasi untuk memiliki dan menguasai dunia seisinya. Dalam waktu yang sama, disaat manusia terpacu mengejar dunia karena dorongan cinta, manusia sangat sadar bahwa prestasi dunia yang diraihnya akan sirna dan lenyap ketika mati merenggutnya.
Jadi, duet cinta dan kematian sungguh merupakan pasangan yang paradoks. Yang satu mencipta dan yang lain menghancurkan. Cinta menimbulkan imajinasi untuk hidup seribu tahun, sedangkan kematian akan menyergap dan mengakhiri lakon hidup seseorang di sejarahnya. Ketika maut datang, tak ada yang bisa menolaknya. Seseorang itu bagaikan batu kerikil ditelan lautan tak bertepi, hilang entah kemana. Lalu, dimana dan untuk apa kekayaan yang selalu kita kejar-kejar?. Ketika sel syaraf otak tak lagi berfungsi, kemana larinya deposito informasi pengetahuan yang kita himpun sejak kecil dengan jerih payah menapaki jenjang sekolah dasar sampai perguruan tinggi ?. Padahal kita menelusuri dan memungut ilmu melalui baris demi baris lembaran buku.
Jangan sombong sobat....
Jangan bangga dengan atribut yang kau kenakan sekarang
Esok
,lusa, atau setelah ini mungkinkah kau miliki lagi ?
Garis itu telah tegas. ada!
Apa yang kau punya ketika harus kembali?
Apa yang kau bawa ?
Kenaifanmu kah yang kau pamerkan itu...
Akan ada....
Suatu hari nanti, balasan yang adil bagi kita.
Menanam...menuai....sesuai


setiap kita adalah individu yang unik