Selasa, 13 Januari 2009

Ada dua kekuatan besar yang menggerakan emosi,kesadaran, dan prilaku manusia.Yakni rasa cinta dan kesadaran akan kematian. Rasa cinta telah membuat hidup seseorang menjadi dinamis, antusia, dan penuh ambisi serta khayalan. Oleh karena cinta ilmu, seseorang selalu terdorong untuk belajar sesuai dengan bidang yang dicintainya. Oleh karena dorongan cinta, drama kehidupan berlangsung sangat dinamis dan penuh kejutan, sedangkan proses regenerasi tetap berlangsung sampai sekarang.
Pendeknya, dorongan cinta telah membuat manusia yang secara fisik amat kecil dibanding semesta ini, memiliki nafsu dan imajinasi untuk memiliki dan menguasai dunia seisinya. Dalam waktu yang sama, disaat manusia terpacu mengejar dunia karena dorongan cinta, manusia sangat sadar bahwa prestasi dunia yang diraihnya akan sirna dan lenyap ketika mati merenggutnya.
Jadi, duet cinta dan kematian sungguh merupakan pasangan yang paradoks. Yang satu mencipta dan yang lain menghancurkan. Cinta menimbulkan imajinasi untuk hidup seribu tahun, sedangkan kematian akan menyergap dan mengakhiri lakon hidup seseorang di sejarahnya. Ketika maut datang, tak ada yang bisa menolaknya. Seseorang itu bagaikan batu kerikil ditelan lautan tak bertepi, hilang entah kemana. Lalu, dimana dan untuk apa kekayaan yang selalu kita kejar-kejar?. Ketika sel syaraf otak tak lagi berfungsi, kemana larinya deposito informasi pengetahuan yang kita himpun sejak kecil dengan jerih payah menapaki jenjang sekolah dasar sampai perguruan tinggi ?. Padahal kita menelusuri dan memungut ilmu melalui baris demi baris lembaran buku.
Jangan sombong sobat....
Jangan bangga dengan atribut yang kau kenakan sekarang
Esok
,lusa, atau setelah ini mungkinkah kau miliki lagi ?
Garis itu telah tegas. ada!
Apa yang kau punya ketika harus kembali?
Apa yang kau bawa ?
Kenaifanmu kah yang kau pamerkan itu...
Akan ada....
Suatu hari nanti, balasan yang adil bagi kita.
Menanam...menuai....sesuai


setiap kita adalah individu yang unik